Jakarta -Rencana realisasi investasi perusahaan petrokimia asal Jerman Ferrostaal GmbH di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat masih terkendala kepastian jaminan pasokan gas. Padahal perusahaan asal Jerman ini ingin segera mendapat jaminan kepastian pasokan gas, sehingga mereka bisa merealisasikan pembangunan komplek petrokimia senilai US$ 2 miliar atau Rp 24 triliun.
"Kita mengupayakan ini hampir 3 tahun, cukup melelahkan. Ibarat mobil, bensinnya sudah setengah habis. Kami berharap pemerintahan baru bisa menyelesaikan," kata CEO Ferrostaal GmbH Klaus Lesker usai bertemu Menperin Saleh Husin di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Senin (2/3/2015)
Menurut Klaus pasokan gas seharusnya tak menjadi masalah di Papua, sebab banyak sumber gas dikembangkan di Papua. Kini pihaknya sedang menunggu persetujuan terakhir mengenai alokasi gas untuk calon pabriknya.
"Itu hanya keputusan pemerintah sekarang apa yang harus dilakukan. Butuh waktu 4 tahun setelah gas kontrak produksi bisa dimulai," katanya.
Mereka akan membangun kompleks instalasi petrokimia untuk menghasilkan metanol, propilen dan polipropilen dari gas bumi. "Kapasitasnya tergantung dari gas yang didapat. Tapi kapasitas dasar 3.000 sampai 5.000 ton methanol per hari," katanya.
Ia mengatakan pabriknya membutuhkan sekitar 2 triliun kaki kubik (tcf) gas agar bisa menyediakan kebutuhan pabrik mereka hingga lebih 30 tahun di Papua.
Sementara itu Dirjen Basis Industri Manufaktur Kemenperin Harjanto mengatakan Menperin Saleh Husin telah mengirimkan surat ke Presiden Jokowi untuk memastikan alokasi gas untuk Ferrostaal.Next
(zul/hen) Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com