Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

Kominfo Sambut Baik Usulan DPR Soal Merger Operator

Written By Unknown on 25 Juni 2013 | 00.55

Jakarta - Desakan Komisi I DPR RI agar terjadi merger maupun konsolidasi di industri telekomunikasi mendapat sambutan positif dari Kementerian Komunikasi dan Informatika mengingat jumlah operator di Indonesia sudah terlalu banyak.

"Kami setuju dengan pendapat anggota dewan, memang jumlah 10 operator sudah terlalu banyak. Wacana merger atau tepatnya konsolidasi yang diusulkan sudah kami prediksi jauh-jauh hari sejak 2006," kata Kepala Pusat Informasi dan Humas Kominfo, Gatot S Dewa Broto kepada detikINET, Senin (24/6/2013).

Menurutnya, merger maupun konsolidasi memang tak bisa dihindari lagi saat ini karena kompetisi yang kian ketat. Khususnya sejak diterbitkannya beleid penurunan tarif telepon sejak 1 April 2008 silam.

"Ada jokes menarik saat jajaran Kominfo dan para eksekutif operator pas breakfast meeting 2009 lalu. Sejak penurunan tarif, para bos operator kecil sempat ditanya, 'bagaimana pak, sudah berdarah-darah?'. Jawabnya, 'bukan berdarah-darah lagi, tapi sudah kering darahnya'," canda Gatot.

Selain kompetisi yang kian ketat, menurutnya pergeseran tren telekomunikasi juga telah membuat operator tidak lagi memerlukan SDM terlalu banyak, sehingga jika terjadi merger maupun konsolidasi bisa menghemat biaya operasional yang signifikan.

"Mulanya kami sengaja membiarkan konsolidasi ini terjadi karena seleksi alam, tapi bahaya juga, kalau sepenuhnya kita lepas juga jadi tidak sehat. Kami dan BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia) sedang membahas rambu-rambunya, supaya ada petunjuk biar tidak menabrak aturan," katanya.

Terkait usulan konsolidasi, Gatot juga mengomentari kabar tentang rencana merger akusisi antara XL Axiata dan Axis Telekom Indonesia. Menurutnya, rumor itu sudah sampai di kementerian. Bahkan, secara informal Gatot juga sudah mendapat kabar dari kubu sang operator tentang rencana itu.

"Tapi itu hanya informal saja. Sebelum kami mendapatkan written statement, kami anggap itu belum resmi. Seharusnya XL dan Axis terus terang saja, tidak usah berkelit. Beri pasar kepastian sehingga publik tidak menerka-nerka. Ini sama sekali tidak ada clue, belum terang," sesal Gatot.

Monopoli?

Selain itu, Kominfo juga menyarankan kepada XL dan Axis agar berkonsultasi dengan Kominfo dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) agar bisa mendapat kepastian tentang rencana merger akuisisi maupun konsolidasi.

"Dengan XL maupun Axis memaparkan ke publik, justru mereka yang diuntungkan karena bisa testing the water. Kalaupun ditolak, kan mereka jadi tahu bagaimana cara mengantisipasinya," sarannya.

Seperti diketahui, pembicaraan tentang rencana merger akuisisi ini belakangan kembali merebak setelah sumber di induk perusahaan XL, yakni Axiata di Malaysia, membocorkan rencana untuk mengambil alih Axis yang mayoritas sahamnya dimiliki Saudi Telecom Company (STC).

Saat ini XL menguasai frekuensi seluler di rentang spektrum 900 MHz, 2.100 MHz, dan 1.800 MHz baik untuk 2G maupun 3G. Sedangkan Axis memiliki dua kanal frekuensi di rentang spektrum 900 MHz dan 1800 MHz.

Dari sisi jumlah pelanggan, XL memiliki sekitar 45 juta dan Axis 17 juta. Sehingga jika digabungkan, keduanya total memiliki 62 juta pelanggan dengan lebar spektrum yang lumayan besar.

Gatot sendiri menilai jika rencana konsolidasi ini menjadi kenyataan, hal tersebut belum berpotensi menciptakan monopoli di industri. Sebab, dari sisi jumlah pelanggan saja keduanya masih kalah jauh dibandingkan Telkomsel yang sudah 125 juta lebih. Meski demikian, XL bisa melampaui Indosat dari posisi kedua terbesar.

"Itu sebabnya saya bilang, harusnya pihak XL dan Axis kasih pemberitahuan supaya tidak menebak-nebak. Tidak semata-mata struktur holding-nya bergabung, sebab di sini ada core bisnisnya, yaitu frekuensi dan numbering (penomoran). Dua itu sumber daya terbatas. Dari situ bisa dilihat, terjadi monopoli atau tidak. Nanti kami akan sinergis dengan KPPU," jelasnya.

Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio juga mengatakan proses konsolidasi di sektor telekomunikasi bisa menguntungkan konsumen. Sebab, kualitas pelayanan dan kapasitas jaringan akan semakin membaik.

Agus juga melihat rencana akuisisi Axis oleh XL tidak akan menciptakan monopoli di pasar telekomunikasi Indonesia, pasalnya bila kedua perusahaan tersebut bersinergi, penguasaan pasarnya masih di bawah 50%.

"Seandainya XL mengakuisisi Axis, hal itu tidak akan menciptakan monopoli. Jumlah pelanggan dari kedua perusahaan masih jauh dibawah Telkomsel. Harusnya publik bisa mendapatkan banyak manfaat bila XL dan Axis dapat bersinergi," ujarnya.

Proses konsolidasi di Indonesia sejatinya sudah terjadi sejak Smart Telecom bergandengan tangan dengan Mobile-8 Telecom (Fren) saat membentuk entitas baru bernama Smartfren. Meski demikian, jumlah operator di Indonesia masih terlalu banyak dibandingkan sejumlah negara di dunia.

Di negara yang penduduknya jauh lebih banyak dibanding Indonesia, di China misalnya, jumlah operator hanya tiga. Pun begitu di Amerika Serikat dan Australia yang hanya punya tiga operator.

"Saya melihat jumlah operator di Indonesia terlalu banyak. Di luar negeri saja cuma tiga, maksimal empat operator. Perlu penyederhanaan dalam rangka efisiensi penggunaan frekuensi dengan meminta yang kecil bergabung dengan yang besar," imbau Tantowi Yahya, Anggota Komisi I DPR.

Tidak Menjamin

Sementara di lain kesempatan, rencana akuisisi XL terhadap Axis ditanggapi dingin oleh kompetitornya. Konsolidasi yang dilakukan kedua entitas bisnis ini belum tentu menjamin pangsa pasar yang dimilikinya otomatis membesar.

"Tak ada jaminan jika dua operator melakukan konsolidasi pangsa pasarnya langsung naik. Bisa-bisa justru menurun di salah satunya karena fenomena multiple SIM card di Indonesia," kata Presiden Director & CEO Indosat Alexander Rusli di Jakarta, belum lama ini.

Dijelaskannya, multiple SIM card adalah fenomena dimana satu orang menggunakan lebih dari satu kartu. Indonesia berdasarkan survei rata-rata angka multiple SIM card adalah dua alias satu orang memegang minimal dua nomor telepon seluler.

"Kalau dipukul rata ada dua nomor. Tetapi kelas menegah justru bisa sampai empat karena ada yang khusus untuk data atau suara," jelasnya.

Dengan adanya fenomena ini, ketika dua operator melakukan konsolidasi, bisa saja pelanggan yang selama ini menggunakan jasa keduanya menjadi harus dimatikan salah satunya.

"Tidak bisa dong dalam proses pencatatan itu keduanya tercatat sebagai pelanggan yang sama kalau sudah konsolidasi," jelasnya.

Lebih lanjut Alex melihat wacana konsolidasi marak beredar karena operator mulai berhitung di masa depan terkait nasib sumber daya alam terbatas yang dimilikinya.

"Kalau dilihat sekarang itu konsolidasi lebih kepada memperkuat frekuensi yang dimiliki. Wacana ini yang digulirkan oleh pemain CDMA di 850 MHz demi menggelar LTE. Namun, hingga sekarang jalan di tempat karena itu tidak mudah realisasinya," pungkasnya.

(rou/rou)

00.55 | 0 komentar | Read More

Garap Proyek Kementan, Fathanah Dirikan PT PKS




Selasa, 25/06/2013 00:21 WIB








Jakarta - Ahmad Fathanah pernah mendirikan PT PKS bersama Direktur PT Green Life Bioscience, Billy Gan dan Sony Putra Samapta. Perusahaan ini didirikan khusus untuk menggarap proyek di Kementerian Pertanian.

Dalam dakwaan dijelaskan, Fathanah pada awal tahun 2011 menerima uang USD 10 ribu dari Billy Gan di Hotel Kempinsky, Jakarta Pusat. Selain itu Fathanah juga menerima uang dari Billy Gan melalui transfer dari rekening BCA agar PT PKS yang dibentuknya bersama-sama Billy Gan dan Sony Putra Samapta.

"Agar bisa mendapatkan proyek di Kementerian Pertanian," kata jaksa Guntur Ferry Fathar membacakan surat dakwaan di Pengadilan Tipikor, Senin (24/6/2013).

Duit yang ditransfer ke Fathanah yakni Rp 500 juta (14/11/2011), Rp 87 juta (2/3/2012), Rp 150 juta (22/3/2012) dan Rp 5 juta pada 10 Februari 2012.

Tak cuma itu, Fathanah juga mempertemukan Luthfi Hasan Ishaaq dengan Billy Gan dan Sony Putra Samapta di Hotel Ritz Carlton,Jaksel. "Dan memasukkan nama Hudzaifah Luthfi yang merupakan anak Luthfi Hasan Ishaaq dalam kepengurusan PT PKS," tutur Ferry.

(fdn/trq)









Sponsored Link




00.36 | 0 komentar | Read More

Seni Rupa Indonesia Pererat Hubungan Jakarta-Hanoi  


TEMPO.CO, Ho Chi Minh - Penjabat Konsul Jenderal RI di Ho Chi Minh, Dalton Sembiring, sangat mendukung upaya para seniman dan galeri dalam memperkenalkan seni rupa kontemporer Indonesia di Vietnam, karena akan mempererat hubungan kedua negara. Itu sebabnya Konsulat mendukung penuh pameran perupa Indonesia "Picturing Pictures" di Ho Chi Minh City Fine Art Museum di Kota Ho Chi Minh, Vietnam. Pameran yang digelar Art Xchange Gallery ini berlangsung selama 18-29 Juni 2013.


"Sudah saatnya sekarang Indonesia memperkenalkan seni rupa kontemporernya di Vietnam," kata Dalton kepada Tempo di kantornya di Jalan Phung Khac Khoan Nomor 18, Kota Ho Chi Minh, Senin, 24 Juni 2013.


Selama ini, kata Dalton, seni rupa kontemporer Indonesia sudah punya nama harum di berbagai negara, tapi justru belum pernah diperkenalkan di sini. "Kinilah saatnya karya seniman kita perlu tampil di Vietnam, negara tetangga yang juga sama-sama anggota ASEAN," katanya.


Pameran yang menampilkan 26 lukisan karya 21 perupa muda dan senior Indonesia itu tentu baru menggambarkan sebagian kecil dari perkembangan seni rupa kontemporer Nusantara yang kini sudah bergaung di berbagai belahan dunia. Tapi, inilah pameran seni rupa kontemporer Indonesia pertama di negara itu. Ini merupakan kesempatan emas bagi seniman dan masyarakat Vietnam untuk dapat menyaksikan secara langsung karya para perupa Indonesia mutakhir, yang sebagian di antaranya merupakan karya para seniman yang banyak jadi incaran kolektor mancanegara.


Menurut Desy Nurmala Dewi, Wakil Konsul Jenderal RI di kota itu, pameran ini juga membuka dialog antara seniman Indonesia dan Vietnam. "Ada seminar yang menyertai pameran ini yang mempertemukan seniman kedua negara dan memungkinkan mereka untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman," katanya.


Kurniawan (Ho Chi Minh)


00.35 | 0 komentar | Read More

Honda Ditaksir Rp 260 Miliar


TOKYO, KOMPAS.com - Gelandang serang tim nasional Jepang, Keisuke Honda, tertarik pindah ke salah satu klub besar pada musim panas ini. Pemain yang ditaksir 20 juta euro (sekitar Rp 260 miliar) ini sangat ingin meningkatkan level permainannya.

Saat ini, Honda masih terikat kontrak dengan klub Rusia, CSKA Moskwa. Tiga musim bersama CSKA Moskwa, Honda sukses mencetak 23 gol dalam 102 penampilan. Ketajaman pemain berusia 27 itu membuat beberapa klub Eropa tertarik, seperti AC Milan dan Lazio.

Namun, sampai saat ini belum ada tawaran resmi dari Milan maupun Lazio untuk memboyong Honda. Menurut Transfermarkt, harga pasaran Honda mencapai 20 juta euro.

"Aku tak tahu apa langkah selanjutnya yang akan aku buat. Tetapi, aku memiliki kesempatan bermain untuk klub besar. Pada Agustus nanti, aku akan tahu masa depanku," jelas Honda kepada Japan Times.

"Yang aku tahu saat ini, jika memutuskan pergi ke klub besar, maka aku akan menjadi pemain yang lebih baik. Bermain dengan beberapa pemain hebat jelas akan meninggatkan kemampuanku," tandasnya.



00.26 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger