Jakarta -Malaysia menambah satu nama bank besar di Asia Tenggara dengan potensi torehan aset senilai Rp 2.300 triliun. Ini berkat merger tiga bank, yaitu CIMB Group, RHB Capital, dan Malaysia Building Society.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai, perbankan Indonesia harusnya juga melakukan hal yang sama. Indonesia membutuhkan bank dengan nilai aset yang besar, kuat, dan sehat.
"Untuk membangun suatu bank yang kuat, perlu ada konsolidasi, jadi seperti di Malaysia, di Indonesia juga perlu ada konsolidasi untuk membentuk satu bank yang kuat dan sehat untuk ekspansi bahkan ke negara anggota ASEAN," ujar Agus di kantor pusat BI, Jakarta, Senin (14/7/2014)
Langkah yang dilakukan Malaysia, menurut Agus, adalah sebuah langkah baik untuk menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN yang mulai diterapkan 2015, meskipun untuk sektor keuangan baru berlaku di 2020.
"Kalau saya ditanya tentang rencana merger bank Malaysia CIMB dan institusi yang lain, itu sudah langkah yang baik, dari yang basisnya di Malaysia," jelasnya.
Niat tersebut, menurut Agus, sudah ada dalam rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lewat revisi arsitektur perbankan yang sudah berlaku saat ini.
"Kalau terkait dengan rencana arsitektur perbankan ke depan, saya memahami OJK ada rencana mengeluarkan revisi arsitektur perbankan dan tentunya dari sisi makro prudential, BI akan menyampaikan pandangannya," jelasnya.
Perbankan Indonesia sudah tumbuh lebih baik pasca krisis ekonomi tahun 1997. Akan tetapi, untuk menghadapi AEC 2015 diperlukan persiapan yang lebih baik lagi.
"Kalau terkait dengan menangkan persaingan itu PR yang harus disiapkan dengan serius. Di Perbankan Indonesia sejak krisis tahun 1997 itu terus membangun kesiapan dari sektor perbankan. Dan nanti di AEC itu akan bisa membuat bank-bank Indonesia hadir di negara anggota ASEAN," terangnya.
(mkl/dnl)Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!