Jakarta - Pemerintah Indonesia dan Kazakhstan telah bersepakat meningkatkan kerjasama perdagangan hingga mencapai US$ 100 juta pada empat tahun mendatang atau 2017. Pemerintah juga akan menggenjot ekspor ke Kazakhstan untuk mengurangi defisit perdagangan.
"Saya sepakat bahwa kerja sama perdagangan US$ 100 juta akan kita capai dalam waktu 3 sampai 4 tahun yang akan datang," kata Presiden SBY dalam konferensi pers bersama Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev seusai melakukan pertemuan bilateral di Istana Kepresidenan Ak-Orda, Astana, Senin (2/9/2013).
Menurut Presiden SBY, pertumbuhan ekonomi kedua negara sangat mendukung untuk menargetkan nilai perdagangan US$ 100 juta itu. Indonesia tumbuh di atas 6 persen, sedangkan Kazakhstan tumbuh lebih dari 9 persen.
Target kerjasama perdagangan Indonesia dengan Kazakhstan ini juga kembali disampaikan Presiden SBY saat menghadiri jamuan makan malam Presiden Nazarbayev di Istana Ak-Orda Senin malam. "Kami bertekad untuk meningkatkan kerja sama perdagangan mencapai US$ 100 juta pada tahun 2017," ujar SBY.
Sementara itu, Presiden Nazarbayev sepakat untuk memperluas dan meningkatkan kerja sama di berbagai bidang. "Saat ini kerjasama perdagangan kita masih kurang dari US$ 100 juta," kata dia. Presiden Nazarbayev juga berkomitmen untuk membantu peningkatan kerjasama perdagangan dan investasi ini.
3 Kerjasama Penting
Sementara itu Presiden SBY dalam konferensi pers ini menyampaikan Indonesia menginginkan agenda konkret dalam kerjasama dengan Kazakhstan dan memberikan hasil yang nyata. Setidaknya ada tiga bidang kerjasama yang perlu didorong untuk segera direalisasikan.
Pertama, kerjasama pangan. Kazakhstan merupakan produsen gandum dalam jumlah besar, sementara Indonesia sudah berpengalaman dalam mengelola perusahaan mie instan. Indonesia juga merupakan produsen teh, kopi, dan cokelat yang bisa dibuka ditawarkan kepada Kazakhstan.
Kedua, kerjasama energi. "Saya harap Pertamina bisa melakukan kerjasama dengan mitranya di sini, agar bisa membawa manfaat yang riil untuk rakyat," pinta SBY.
Ketiga, kerjasama pariwisata. Kedua negara akan menjajaki kerjasama ini untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di masing-masing negara.
Data yang didapatkan detikcom dari Kementerian Perdagangan, perdagangan antara Indonesia dan Kazakhstan pada tahun 2012 lalu sebesar US$ 63,156 juta, meningkat 90,5 persen dibandingkan tahun 2011. Tahun 2011, kedua negara mencatat nilai perdagangan sebesar US$ 33,153 juta. Indonesia masih defisit sebesar US$ 46 juta, dengan impor utamanya seng, besi, timbal halus, dan kapas. Sementara ekspor RI ke Kazakhstan bernilai US$ 8,4 juta berasal dari alat percetakan, elektronik, tembakau, minyak kelapa sawit, dan suku cadang kendaraan.
Sedangkan data dari Biro Statistik Kazakhstan, volume perdagangan kedua negara pada 2012 mencapai US$ 75,410 juta, naik 94% dari tahun 2011 (US$ 38,727 juta). Perbedaan pencatatan ini disebabkan karena umumnya perdagangan Indonesia dan Kazakhstan melalui negara ketiga. Hingga saat ini Kazakhstan masih berminat pada produk pertanian tropis seperti tembakau, buah cokelat, daun the, karet alam, dan kayu.
(asy/dnl)