Jakarta - Berbicara mengenai kamera digital, nama Fujifilm di Indonesia memang belum seseksi
brand-brand lainnya seperti Nikon, Canon atau Olympus. Hal ini pun memicu perusahaan asal Jepang tersebut untuk menggenjot prestasi mereka di Tanah Air.
Kepada awak media dalam acara peluncuran produk baru Fujifilm, Senin (18/2/2013), pemain di bisnis fotografi ini pun membeberkan 'jurus' mereka untuk dalam memeriahkan persaingan kamera yang memang kian meriah.
Kantor di Indonesia
Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan mendirikan kantor Fujifilm di Indonesia pada tahun 2011 lalu. Dikatakan Johanes J. Rampi, Sales & Marketing Manager PT. Fujifilm Indonesia, sebelumnya brand Fujifilm dipegang oleh distributor.
Prestasi mereka kala itu tak bisa dibilang baik, yakni berada di posisi ke-10 di Indonesia, baik dalam hal unit maupun value. Hal ini berbeda dengan prestasi mereka di negara asal, Jepang, di mana masuk dalam 5 besar.
Strategi ini pun berbuah baik. Johanes mengatakan, ranking mereka pun naik dimana pada bulan Desember tahun lalu, mereka 'nangkring' di nomor 8.
Mengirim SDM ke Jepang
Layanan service kamera tak luput menjadi salah satu yang diperhatikan oleh Fujifilm. Mereka berupaya untuk tidak membiarkan konsumen menunggu lama ketika memperbaiki pirantinya.
Lewat service center mereka, Fujifilm memberikan batas maksimal waktu pengerjaan, yakni paling lama 14 hari untuk seri Finepix dan 7 hari untuk X series. Namun tak jarang, perbaikan ini malah memakan waktu lebih singkat.
"Maksimalnya selesai dikerjakan selama 14 hari," demikian klaim Johanes dalam presentasinya di Mandarin Oriental, Jakarta Pusat.
Keseriusan mereka juga dibuktikan dengan mengirimkan SDM ke Jepang untuk mengikuti pelatihan dan mekakai perlengkapan yang tidak berbeda dengan yang ada di sana.
"SDM kita langsung kita kirim ke Tokyo. Tool yang kita pakai juga sama dengan yang ada di Jepang," imbuh Johanes.
Gerilya ke Sekolah
Johanes mengakui, pihaknya perlu mengembalikan brand image Fujifilm mengingat mereka pernah menikmati masa-masa kejayaan di tahun 1980-an sampai tahun 2000-an untuk share film. Aksi edukasi pun mereka lakukan ke sekolah dan komunitas-komunitas.
Tentunya selain hal-hal yang disebutkan di atas, Fujifilm juga tak berhenti berinovasi dengan produk-produk kameranya. Yang terbaru menyambangi Indonesia adalah model X100s, X20, FinePix HS50 dan XP60.
Mengingat kisah Kodak yang telah mendaftarkan Chapter 11, Fujifilm optimis pihaknya tidak akan mengalami nasib serupa karena mereka memiliki bisnis-bisnis penopang.
"Kami juga menciptakan prosesor sendiri, sensor sendiri dan bisnis printing kami terus berkembang," pungkas Johanes.
( sha / ash )
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!