Lembaga International Energy Agency (IEA) menyatakan, situasi bergesernya produsen minyak ini bakal mengubah peta perdagangan energi dunia.
"Saat ini ada kenaikan produksi minyak dan gas di AS yang bakal mendorong aktivitas ekonomi, serta membuat perubahan peta perdagangan energi global," kata IEA dalam pernyataannya soal prediksi pasar energi seperti dikutip AFP, Senin (12/11/2012).
Menurut data terakhir, produksi minyak di Amerika Serikat (AS) berjumlah 10,59 juta barel per hari. Kontribusi minyak AS atas cadangan minyak dunia adalah 3,1%.
AS tidak melakukan ekspor minyak alias menyimpannya sendiri, namun aktif mengimpor minyak. Saat ini jumlah cadangan minyak terbukti AS adalah 20,68 miliar barel.
Produksi minyak minyak di Arab Saudi berjumlah 11,75 juta barel per hari. Kontribusi minyak Arab Saudi atas cadangan minyak dunia adalah 13,24%.
Dalam sehari, Arab Saudi melakukan ekspor minyak ke Amerika Serikat (AS) sebanyak 1,42 juta barel.
IEA juga mengatakan, kebutuhan minyak dunia akan naik dalam dua dekade ke depan, terutama permintaan dari negara-negara emerging (berkembang). Permintaan minyak dunia akan naik 14% dari sekarang hingga 2035 menjadi 99,7 juta barel per hari.
Perkiraan IEA soal kebutuhan minyak dunia ini naik 700 ribu barel per hari dibandingkan prediksi setahun lalu. Ini memperlihatkan betapa besarnya kebutuhan energi ke depan.
Bersamaan dengan peningkatan kebutuhan minyak dunia, harga minyak hingga 2035 diperkirakan bakal meningkat hingga menyentuh US$ 125 per barel dari harganya tahun ini sekitar US$ 107 per barel.
"Peningkatan konsumsi minyak dari negara-negara emerging didorong oleh kebutuhan bahan bakar transportasi di China, India, dan Timur tengah," kata IEA.
Meski bakal menjadi penghasil produsen minyak terbesar, AS masih mengimpor 20% dari kebutuhan energinya.
(dnl/hen)