Orang tua Pujiyono mendapat jatah tanah kelolaan seluas 2,25 hektar untuk dikelola. Sayang, tanah yang dikelola Pujiyono dan orang tuanya sulit membuahkan hasil maksimal lantaran lahan gambut. Lantas, Puji dan keluarga mengandalkan jatah hidup pemerintah setiap bulan seperti beras, telur ayam, gula, minyak goreng, dan kebutuhan sehar hari lainnya.
"Waktu itu pahit banget, tanah gambut sulit ditanami, air warna coklat, kita mandi airnya warna coklat," ujar Pujiyono di sela-sela ekspo Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) di Kabupaten Pesisir Selatan, Senin (15/4/2013).
Kemudian, tahun 1997 para transmigran di Sungai Pulai mendapat kesempatan mengikuti program kredit untuk menanam dan mengembangkan benih kelapa sawit yang dikeluarkan Bank BRI. Ternyata lahan gambut cocok untuk kelapa sawit.
Tanaman komoditi ekspor ini membawa perlahan membawa berkah bagi Pujiyono dan keluarga transmigran lainnya.."Banyak yang berhasil karena kelapa sawit," imbuh Puji.
Ia sendiri bisa menyekolahkan dua anaknya seorang putri di Madrasah Tsanawiyah atau setingkat SMP dan seorang putra yang masih duduk di SD. Dia juga bisa membangun rumah dan memiliki sebuah mobil pribadi.
Tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan memekarkan beberapa wilayah di perbatasan dengan provinsi Bengkulu menjadi 10 Nagari. Pujiyono pun memberanikan diri mendaftar menjadi Wali Nagari dan akhirnya dipilih masyarakat Sungai Pulai."Saya dilantik tanggal 25 januari 2012 untuk masa jabatan 6 tahun sampai 2018," imbuhnya.
Pujiyono membawahi 135 kepala keluarga atau sekitar 1600 jiwa di Nagari Sungai Pulai. Mereka berasal dari beberapa kabupaten di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan sekitar 20% warga lokal. .
Setelah menjabat Wali Nagari, Pujiyono mengajak setiap kepala keluarga urunan mendirikan kantor Nagari. Bentuk atap bangunannya adalah kombinasi atap rumah gadang dan rumah joglo. Adapun. Total dana yang terkumpul dari hasil urunan warga Rp 130juta, ditambah dari dana pemda Rp 29,5 juta.
Kini, Pujiyono dan warganya bahu-membahu membangun Nagari Sungai Pulai yang jaraknya 280 Km dari Painan, kota Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat.
"Kami mayoritas menanam kelapa sawit dan mengembangkan sekaligus kesenian dari daerah asal kami kepada masyarakat Pesisir Selatan," kata Pujiyono yang murah senyum itu.
(hen/hen)
Anda sedang membaca artikel tentang
Kisah Transmigran yang Sukses Bisnis Sawit Hingga Jadi Kepala Desa
Dengan url
http://mateofgod.blogspot.com/2013/04/kisah-transmigran-yang-sukses-bisnis.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Kisah Transmigran yang Sukses Bisnis Sawit Hingga Jadi Kepala Desa
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Kisah Transmigran yang Sukses Bisnis Sawit Hingga Jadi Kepala Desa
sebagai sumbernya